Contoh Puisi – Puisi adalah karya sastra yang memiliki unsur irama, baris, mantra, rima, dan baik di dalamnya. Sebagai ungkapan emosi dan kata kiasan.
Pengertian Puisi
Puisi sebagai ragam sastra memiliki berbagai unsur-unsur irama, baris, mantra, rima, dan bait di dalamnya. Puisi juga digunakan sebagai ungkapan emosi, kata-kata kiasan, imajinasi, ide, pemikiran, irama, panca indra, dan perasaan.
Puisi sebagai salah satu cara mengekspresikan dan melepaskan kepenatan jiwa seseorang, selain sebagai media yang digunakan untuk berbahasa dengan cara yang baik. Menulis puisi secara rutin juga akan melatih kepekaan seseorang terhadap realitas kehidupan di sekitarnya.
Ketahui Langkah-langkahnya penulisan puisi menurut para ahli yang jika dijabarkan adalah sebagai berikut:
- Mantra Puisi – Merupakan jenis puisi paling lama yang ditulis berdasarkan kepada kepercayaan animism, dinamisme dan biasanya dibacakan pada beragam ritual dan kebudayaan. Puisi sendiri memiliki ciri pada pemilihan katanya yang tidak umum dalam kehidupan sehari-hari sehingga meninggalkan efek magis bagi para penikmatnya.
- Syair Puisi – Syair puisi memiliki empat bait dan sajak a a a a serta biasanya mengisahkan suatu hal untuk disampaikan kepada para pembaca atau penikmatnya.
- Gurindam – Terdiri dari dua baris, dan memiliki irama didalamnya sama seperti a a dengan baris pertama biasanya berisikan sebab dan baris kedua berisikan akibat.
- Pantut Pantin – Pantut Pantin, atau Berciri sajak a b a b dengan tiap baris yang terdiri dari empat baris atas dimana dua baris berisi sampiran dan dua baris berisi isi.
- Talibun – Puisi tentu saja harus terdiri dari sampiran dan isi yang lebih dari empat serta jumlah yang selalu genap seperti enam, delapan, sepuluh dan dua belas.
Contoh Puisi
1. Puisi Tema Keluarga 2 Bait
a. Contoh Puisi “Ibu”
Ibu selalu bangun pagi
Menyiapkan sarapan
Untuk seluruh keluarga
Agar badan kami sehat semua
Ibuku tidak pernah marah
Sayang padaku
Selalu membimbingku
Agar aku cepat dewasa dan berguna.
b. Contoh Puisi “Ayahku”
Betapa besar jasamu
Tiada kenal lelah bekerja
Membanting tulang demi keluarga
Demi anak anak dan istrimu
Terima kasih ayah
Engkau selalu membimbingku
Menghantarkan langkah menuju masa depan
Semoga tuhan selalu melindungimu
c. Contoh Puisi “Adik”
Adikku sayang
Mengapa kau menangis
Hapus air matamu
Gembiralah selalu
Adikku yang lucu
Marilah bersamaku
Bernyanyi dan menari
Bermain sesuka hati.
2. Puisi Keluarga 3 Bait
Seperti hal nya pada puisi 2 bait di atas. Jika puisi tentang keluarga ini berada dalam cakupan 3 bait maka ia kemudian terdiri dari 12 baris kalimat. Pada puisi dengan 2 jarak sebanyak 1 baris pada setiap 4 baris puisi. Dibawah ini terdapat beberapa kumpulan puisi tentang keluarga 3 bait yang dapat menjadi referensimu:
a. Contoh Puisi “Ibu, Pelita Hidupku”
Ibu, Kehadiranmu sungguh menghangatkanku
Tuntunanmu menyelamatkanku
Meski terkadang keras seperti baja
Namun kau lembut seperti sutra ibu
Kesabaranmu lah yang mengubahkanku
Untaian doamu lah yang membersihkan jiwaku
Permohonan terus kau panjatkan ke hadirat
Sang Empunya Hidup ini
Menghantarkanku menuju kebahagiaan ibu
Kau sangat berarti bagiku
Bahkan kau lebih daripada malaikat tak bersayap
Hatimu selalu memeluk hatiku yang rapuh ini
Terima kasih ibu
b. Contoh Puisi “Keluarga”
Kekuatan di saat aku rapuh
Dorongan di saat aku hampir berhenti
Doa di saat aku tak sanggup mengucap kata
Banyak makna yang tak sanggup kulukis
Banyak kisah yang tak bisa kuucap
Ada tangis di balik sukses
Dan… Ada tawa di balik luka
Yang tak mampu kugores
Keluarga… Adalah anugerah dalam hidupku
Dan harapan dalam impianku
c. Puisi “Ayah”
Ketika hari masih pagi
Engkau sudah bersiap pergi
Menuju pergi tiap hari
Mengusir lelah dalam diri
Demi anak-anakmu
Kami yang masih sering jemu
Masih belum dapat membantu
Dari rumah hanya termangu
Syair untuk ayah
Yang selalu bersusah payah
Bekerja tak kenal lelah
Mengeluh pun juga tak pernah
Maaf kalau salah ya
3. Puisi Tema Keluarga 4 Bait
Puisi 4 bait menyangkut Ibu, Ayah, Adik, Kakak, Kakek, Nenek dan keluarga besar lainnya. Terdiri dari 16 baris kalimat di dalamnya dengan jarak satu baris. Hingga dinamakan puisi 4 bait. Berikut ini contoh puisi tentang keluarga 4 bait yang dapat kamu jadikan referensi dalam membuat puisi tentang keluarga.
a. Puisi “Kakak”
Kakak
Meski tak pernah dibedakan
Apa yang terberi adalah suratan
Namun walau terlahir lain zaman
Tetap saling berbagi dan menyayangi kemudian
Sebelum ku berawai dan bersedu sedan
Kau ada memeluk kesedihan
Kakak… Merengkuhku sambil berikrar
Menjelma wali di kala ku terkatung-katung
Kau beri segalanya demi azamku
Kau tinggalkan dahar demi aku yang lapar
Gelap malam untuk sinar sang rembulan
Panas untuk mekar kembang-kembang
Akhirnya terarifi setelah ku matang
Kau tak kan jadi panutan Bila tak ada adik tersayang
4. Puisi Keluarga 5 Bait
Puisi 5 bait adalah puisi yang terdiri dari 20 baris kalimat puisi . Pada setiap 4 barisnya memiliki jarak 1 baris sehingga kemudian menjadi 5 bait. Berikut ini contohnya
a. Puisi “Ibu”
Ibu,
Rupa beku nan sayu
Terpaku kaku Menatapku, memandangku
Membimbing dan mendoakanku
Sosok rapuh yang bersimpuh
Lurus menatap jauh Itu aku
Telah melengahkanmu
Engkau tetap merangkulku
Engkau tetap sabar
Engkau tetap tersenyum
Engkau tetap tenang mengawasiku
Pernah aku menjauh
Bahkan menjarang
Saatku pulang
Engkau masih menyongsong badan
Engkau adalah ibu
Dengan peluh selalu melipuru
Dalam suka dan duka
Tanpa harap balasan jasa
b. Puisi “Keluargaku, Penuh Kehangatan”
Keluargaku, Penuh Kehangatan
Keluargaku, penuh kehangatan
Penuh cinta dan kasih sayang
Banyak sekali kenangan
Tak mungkin aku lupakan.
Ibuku penyayang
Ayahku penyabar
Membuat hidupku selalu riang
Bahagiaku sangat mengakar
Bila pagi aku dibangunkan
Sarapan pun disiapkan
Agar aku kuat badan
Menjadi anak yang sehat
Menemaniku penuh kesabaran
Saat belajar berbagai pelajaran
Agar cerah masa depan
Menjadi anak yang hebat
Keluarga laksana surga
Jika penuh dengan cinta
Tolong menolong dengan sesama
Membuat hati berbahagia.
Kasih sayang ibarat embun
Yang turun menyejukkan
Kadang ibarat api unggun
Yang memberi kehangatan.
c. Puisi “Keluarga kecil”
Senyum manis mereka selalu membuat ku semangat
Canda tawa tangis menghiasi setiap waktu kita
Kehidupan kita seperti roda yang berputar
Kadang kita diatas dan dibawah
Kebersamaan kita ibarat kata seperti jalan bergelombang
Terkadang bahagia dan terkadang ada perselisihan
Tetapi semua itu menguatkan kita agar senantiasa bersama
Untuk menghadapi gonjang ganjing kehidupan
Pelukan dan cintanya mereka tak lepas dari kehidupanku
Kasih sayang yang mereka berikan kepada ku
Sejak kecil hingga aku beranjak dewasa
Semua itu tidak bisa terukir oleh kata-kata Ibu yang selalu merawatku
Menyayangiku … Menjagaku …
Semua jasa yang diberikan tidak bisa kubalas kepada ibuku
Ayah yang selalu mencari nafkah
Untuk mencukupi kehidupan keluarga
Walaupun panas mentari menerjang
Semangat dan tekadnya menguatkannya
Kakak yang selalu mendengarkan curhatku di setiap hari
Saat aku kecil kau yang mengenalkanku akan kehidupan ini
Senantiasa menguatkan ku untuk meraih impian
Memotivasiku agar tidak mudah menyerah Saat jauh dari mereka
Rasanya kehidupan ini hampa
Tetapi hati dan jiwalah yang selalu mendekatkan kita walaupun jauh atau dekat
Alunan melodi selalu mengiringi kebersamaan kita
Keluarga ku …
Maafkan ku bila pernah melukai hatimu
Baik perkataan dan perbuatanku
Ku begitu sempurna ketika dekat dengan keluarga kecilku
21+ Contoh Puisi Lainnya
- Ingin Bertemu
Ingin bermain bersama
Ingin bercanda bersama
Namun apalah daya
Pandemi datang tiba-tiba
Tak bisa lagi bertemu
Meski ingin melepas rindu
Tak bisa lagi bertemu
Hanya mampu memendam rindu
2. Kapankah Berakhir
Sudah lebih dari satu tahun
Virus datang dan tak kunjung pergi
Tak ada yang bisa kulakukan
Hanya diam di rumah sendiri
Kapankah pandemi berakhir
Aku sudah tak sabar
Pergi bersama teman-teman
Lalu piknik di taman
3. Pahlawan di Tengah Pandemi
Bekerja siang dan malam
Tak kenal letih tak kenal lelah
Bagai terangi kegelapan
Terangi masa sulit dan susah
Pahlawan di tengah pandemi
Begitulah aku memanggilnya
Semoga jasamu terkenang
Kebaikanmu jadi abadi
4. Rindu
Sudah lama tak bertemu
Apa kabarnya temanku
Sudah lama tak berjumpa
Rindu mendengar tawanya
Rindu wisata bersama
Pergi ke pantai beramai-ramai
Rindu bercanda bersama
Bersenda gurau sambil menari
5. Kemerdekaan Ini
Kemerdekaan ini adalah usaha
Usaha tanpa menyerah para pahlawan
Kemerdekaan ini adalah keringat
Yang setia mencucur ruah hingga habis
Kemerdekaan ini adalah lelah
Lelah yang setia menghantu
Kemerdekaan ini adalah darah
Karena berjuta ton darah raib untuk kemerdekaan tergadai
Kemerdekaan ini adalah nyawa
Karena di Indonesia ini, beratus ratus tahun silam nyawa melayang
Semuanya untuk Indonesia
Semuanya untuk senyum anak Indonesia
Semuanya untuk masa depan Indonesia yang lebih cerah.
6. Bayang di Balik Tirai
Khusyuk melebur dzikir
Menunduk penuh harap
Memecah batu di dada
Menguping kisah bayang
Di balik tirai
Para pecinta mabuk kepayang
Pada bait bait penghambaan
Hingga sirnah rasa ingin segala yang nampak di mata
Mempertemukan wajah hamba
Dengan Sang Kekasih
Cahaya di atas Cahaya
7. Dalam Kardus Inovasi
Abu rokok ditumpuk-tumpuk
Rencananya dijadikan pupuk
Usul punya usul lebih baik
Dibikin kerupuk
Rasanya pasti kriyuk kriyuk
Kalo tak paham jangan mangguk mangguk
8. Longsor
Dinding bukit terkelupas
Menggelinding bebatuan
Tanah berlumpur
Menutup jalan
Roda roda tertahan
Wajah wajah murung
Lelah menunggu
Sebagian mengumpat
Para penebang pohon
Ini salah mereka memperkosa
Keperawanan hutan lindung
Setelah puas
Tak meninggalkan benih
9. Maghrib di Ujung Kota
Dua lelaki mengejar detik
Menguning di ufuk timur
Aroma basah sepanjang jalan
Selepas hujan mengeram debu
Menggenang dalam kubangan
Sesekali melambatkan langkah
Langit menghitam kian khawatir
Akankah sampai di awal rakaat ?
10. Puisi Singkat dan Sajak Hujan
Perlahan menipis gumpalan
Awan langit memutih
Tergenang di kolam penampungan
Sorot mata bocah pengungsi
Berbinar binar
Sepanjang jalan bersorak sorak
Basah badan menarik gerobak
Jirigen jirigen air tertata rapi
Tanah kita tak kering lagi
Hujan telah kembali
11. Dingin
Sunyi, hanya suara rintik hujan
Kulihat malam semkin kelam
Hmm cuacamu semkin aduhai
Buatku nyaman dalam pembaringan
Menatap lampu kamarku
Melihat sekelilingku, aku sendiri
Udara semakin dingin kurasa
Kutarik selimut
Kuambil bantal
Setia temani tidurku
Dingin, semakin dingin
Lelapkanlah aku dalam tidurku
12. Gundah
Jejakmu semakin jelas
Di saat kau mulai aku lepas
Bagai nafas
Kau terus hadir tanpa lelah
Pelipur jiwa yang gundah
Masih pantaskah aku merindumu
Sementara arahku kian tak tentu
Jika ada kesempatan kedua
Izinkan aku tuk kembali padamu
Merajur kisah kasih sendu
Yang dulu selalu kurindu
13. Lelaki Dalam Gelas
Aduhai lelaki perkasa
Tersenyum manis
Tanpa gula
Sehabis keramas
Mengunyah ampas
Kopi sisa
Yang penting ada sebatang surya
Asap tebal bikin puas
Tak sarapan tak apa
Walau dikata istri berbahaya
Setiap hari ratusan pabrik rokok
Membunuh jutaan manusia indonesia
Kenapa gak ditutup aja pabriknya ?
14. Karangan Bungaku
Bunga yang ku ikat
Dan yang kukarang sedemikian Indah
Bukan untuk siapa
Melainkan untuk hatiku
Yang sudah dalam terkubur
Gelap Setelah kepergianmu
15. Cerita Senja
Saat senja bercerita
Aku mendengarnya
Meskipun riuh hujan basahi bumi
Ibu pertiwi pun gembira saat katak bernyanyi
Tertawa riang saat dunia mulai senang
Meskipun gelap kini hadir
Kutau itu takdir
Meski nyiur melambai
Angin yang menjamahnya.
16. Negeri di Awan
Aku melihat
Gunung-gunungku memutih
Hutan-hutanku juga memutih
Sungai-sungai memutih
Dimana hijauku Indonesia ?
Aku melihat langitku menurunkan awan
Juga putih
Apakah ini kabut
Bertanya ?
17. Memacu Waktu
Masih beredar
Mata ini belum jua pendar
Memancang tiang radar
Seperti enggan bermimpi
Menekuk pagi
Memusuhi esok hari
Memberi alasan melawan kenyataan
Memecut mimpi yang sangat lamban
Berharap lebih cepat dari ketentuan
Bahwa roda berputar lagi
18. Ayat-Ayat Cinta
Sekelumit senja berbicara
Mengulas raut suara tentang cinta
Tegas nan lembut dari bibir sang kelana
Tercengang aku, getar di hulu jiwa
Ayat-ayat bergelimang deras
Pun tuliku kian pangkasi tuntas
Aku tercandu dengung
Obat muram yang tergantung
Sederhana adalah bersamamu
Terjajar di beranda jingga dan merindu
Tafsirkan lakon yang dahulu
Dan memundakkan ikhtibar pada lantai terpadu.
19. Tentang Rindu
Bebatuan menahan teriakku
Terpantul pikuli jengah kekacauan
Aku tetap menantimu
Sesampai laku berkumandang habiskan rantau-rantau kesuraman
Aku masih menetapi segala ratap yang curam
Dengan sunyi yang menghimpit
Untukmu, rindu
Tiada pernah kubergegas meninggalkanmu
Walau selangkah
Tidak, rindu
Jenuh kian tertarik padamu
Dan selalu ingkar kepada bibir cintaku
Aku masih menanti kepulanganmu
Kaulah kekasih tergelap dari jiwaku
20. Tukang
Tugas terkekang
Tuntutan menyahur hutang
Tuan menyuruh
Bertangguh
Tukang
Tumpuan belakang
Tulang punggung sakit
Bank plecit
Ngoncit
Tukang
Tanpa kernet
Sendiri tangan lecet
Semen panas
Ganas
21. Cahaya Harapan
Sang fajar begini silau
Menyerap lembab sisa tadi malam
Basahan tanah mulai mengering
Di sekian banyaknya guguran daun
Terselip satu diantaranya
Satu yang memberiku duka panjang
Jika tak ada mendung hujan pun takturun
Bara api yang akan menyala
Takkan mudah padam tanpa air surga
Meski kabut gunung mengurung
Lebih baik dari pada sisa arang
Yang tak bisa berguna lagi
Masih ada setetes cahaya harapan
Untuk bersemi benih buah manis
Yang entah kapan bisa dituai
Seiring waktu yang berjalan
22. Memorandum Ibu Mertua
Anak perempuan jelita sempurna
Dijaga ibu licik sejuta mahu
Yang datang merapat
Ditapis-tapis bak hampas teh
Disaring malah disuling
Dengan propaganda
Berkepentingan
Belum jadi kahwin
Itu ini sudah dipinta
Sudah kahwin
Punya macam-macam acara
Bulan madu berdua jadi bertiga
Kerana ibu mertua turut serta
Tak ada orang nak jaga
Alasan bonanza belaka
Kacau daun tak kira masa.